Melatih Ingatan Agar Lebih Cerdas
Banyak orang mengeluh lupa nama kawan, tidak mampu mengingat di mana menaruh kunci atau dompet, bahkan ketika tiba di sebuah toko tidak ingat mau membeli apa. Kalau sudah begini, biasanya kita jadi kesal, uring-uringan.
‘Lupa ingatan’ seperti ini biasanya terkait dengan memori biasa. Kebanyakan orang beranggapan bahwa memori biasa bertanggungjawab atas tingkat intelegensinya. Bila mereka menemui masalah dalam berpikir, mereka menyalahkan memori biasa dan tidak mencoba melihatnya lebih jauh.
Sebenarnya, menurut Barry Gordon, kemampuan mengingat fakta-fakta tidak terlalu berkaitan dengan kecerdasan. Orang-orang yang mampu mengingat banyak fakta tidak selalu lebih cerdas. Ada orang yang mudah mengingat fakta-fakta, tapi tidak cukup cerdas untuk menarik hal penting dari fakta-fakta tersebut. Sementara itu, ada orang yang memori-biasanya lemah, seperti pengidap amnesia, ternyata mampu mempertahankan inteligensinya. Mengapa begitu? Sebab pengidap amnesia masih memiliki apa yang disebut memori inteligen.
Apa yang dimaksud memori inteligen ialah memori yang “merekatkan” pemikiran kita—dan potongan memori-memori biasa—menjadi satu. Memori inteligen berkaitan dengan apa yang disebut pemikiran kritis atau kreatif. Orang-orang yang cerdas memiliki memori inteligen yang lebih terasah.
Buku karya Barry Gordon dan Lisa Berger (Esensi, 2011) yang berjudul Memori Inteligen menguraikan dengan jernih banyak aspek dari memori. Menurut Gordon, setidaknya ada tiga unsur penting dalam memori inteligen. Pertama, potongan-potongan memori. Ragamnya bisa berupa pengalaman, informasi, dan pengetahuan. Kedua, koneksi-koneksi di antara potongan-potongan memori tersebut. Ketiga, proses mental yang menggabungkan potongan dan koneksi itu sehingga melahirkan pemikiran yang lebih canggih.
Yang menarik, Barry menyebutkan bahwa memori inteligen dapat bertambah kuat seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman. Ini berbeda dengan memori biasa yang justru menurun bila kita semakin tua. Nah, kita sering mengabaikan kemajuan memori inteligen. Begitu pula, banyak orang tidak memahami bahwa memori inteligen inilah yang berpengaruh atas tingkat kecerdasan kita.
Para genius, seperti diungkapkan dalam buku Ketika Mozart Kecil Memainkan Jemarinya (Gramedia, 2011), memiliki keunggulan dalam mengenali pola-pola suatu persoalan. Apa yang tampak rumit di mata banyak orang akan terlihat lebih mudah di hadapan para genius. Mereka paham betul bagaimana memanfaatkan kekuatan memori inteligen yang bekerjanya memang lebih tersembunyi. Ini terkait dengan kemampuan memori inteligen mereka.
Mengapa memahami memori inteligen penting? Sebab, dalam kehidupan sehari-hari, memori inilah yang membantu kita menulis laporan yang rapi, memutuskan investasi mana yang akan diambil, merundingkan harga dengan pemasok, dan banyak lagi. Memori ini membantu kita mengatasi masalah, memberi kita pemahaman, dan membuat kita berpikir kreatif.
Bagaimana melepaskan energi mental ini? Tidak seperti dugaan kebanyakan orang, kata Gordon, pemikiran cerdas bukan suatu cetusan energi mental yang tak dapat dijelaskan dan dikendalikan. Pemikiran cerdas juga bukan hanya milik orang-orang yang dianggap genius. Dalam buku ini, Gordon membukakan jalan tentang apa yang seharusnya kita lakukan apabila ingin memperkuat memori inteligen kita.
Sebelum belajar, Gordon mengajak kita untuk menguji kemampuan memori inteligen kita dengan menyodorkan sejumlah latihan. Salah satu pernyataan uji yang diajukan berbunyi: “Ketika para politisi berusaha untuk tetap berdiri di tengah jalan, mereka akan ditabrak dari kedua sisi.” Bagaimana respon Anda? Apakah Anda mengetahui maksud pernyataan itu dengan seketika, atau butuh beberapa detik untuk memahaminya, atau bengong, ‘Apa ya maksudnya?’
Tentu saja tidak ada jalan pintas untuk menguatkan memori inteligen. Gordon mengajak kita untuk melewati tahap demi tahap dalam mengasah kemampuan memori ini. Ia juga menunjukkan jalan untuk mencegah kesalahan mental dalam berpikir. Gordon telah menyingkapkan rahasia yang berguna untuk memperkuat kerja kreatif kita. ***
Sumber |